Kekhawatiran terhadap transfusi darah dari individu yang telah divaksin COVID-19 sempat muncul akibat beberapa laporan efek samping vaksinasi.
Beberapa orang mengkhawatirkan kemungkinan efek samping jangka panjang, seperti miokarditis, mutasi onkogenik, atau bahkan kemandulan.
Namun, The College of American Pathologists (CAP) menegaskan bahwa kekhawatiran tersebut tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
CAP mengingatkan bahwa meskipun beberapa efek samping negatif vaksin memang terjadi, jumlahnya sangat kecil dan tidak cukup signifikan untuk memengaruhi keamanan transfusi darah.
Mereka juga menekankan pentingnya edukasi bagi pasien dan keluarga pasien untuk memahami bahwa transfusi darah dari orang yang telah divaksin COVID-19 tidak berbahaya.
Kesimpulan: Klaim yang Salah dan Tidak Berdasarkan Fakta Ilmiah
Verifikasi yang dilakukan oleh Tempo menunjukkan bahwa klaim yang beredar tentang bahaya transfusi darah dari orang yang telah divaksin COVID-19 adalah salah dan tidak berdasar.
Penelitian yang dikutip dalam narasi tersebut tidak ada kaitannya dengan vaksin COVID-19, dan lembaga-lembaga kesehatan terkemuka, seperti Palang Merah AS, FDA, dan AABB, telah mengonfirmasi bahwa darah dari pendonor yang telah divaksin tetap aman untuk ditransfusikan.
Selain itu, teori konspirasi yang beredar di kalangan kelompok tertentu mengenai efek samping vaksin yang dapat memengaruhi transfusi darah juga telah dibantah oleh para ahli.
Dalam situasi ini, sangat penting untuk selalu memverifikasi informasi yang kita terima, terutama ketika berhubungan dengan isu-isu kesehatan yang mempengaruhi banyak orang.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak mudah terjebak dalam narasi yang tidak berdasar dan selalu merujuk pada sumber informasi yang terpercaya, terutama yang dikeluarkan oleh lembaga kesehatan resmi dan ilmiah. ***