Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Lulus SMA Tanpa Label Jurusan! Kurikulum Merdeka Ubah Sistem Penjurusan SMA Mulai 2024/2025

Sistem penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang selama ini mengelompokkan siswa menjadi jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), atau Bahasa akan segera berakhir.

Mulai tahun ajaran 2024/2025, siswa SMA akan bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat mereka tanpa terikat oleh jurusan tertentu.

Hal ini merupakan bagian dari penerapan Kurikulum Merdeka yang ditetapkan sebagai kurikulum nasional oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Menurut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim, Kurikulum Merdeka akan memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah.

“Di dalam program SMA sekarang tidak ada lagi program peminatan untuk yang memiliki Kurikulum Merdeka. Ya tidak ada lagi jurusan, kejuruan atau peminatan,” kata Nadiem secara virtual, Februari 2022 lalu.

Nadiem mengatakan, siswa bisa bebas memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA dan tidak lagi akan dikategorikan dalam kelompok jurusan IPA, IPS, atau Bahasa.

“Ini salah satu keputusan atau choice atau pemilihan yang bisa diberikan kemerdekaan bagi anak-anak kita yang sudah mulai masuk dalam umur dewasa untuk bisa memilih,” ucapnya.

Adapun Kurikulum Merdeka dapat mulai digunakan di tahun ajaran 2022/2023.

Namun, sekolah juga tidak akan dipaksakan untuk mengikuti kurikulum itu, melainkan diberi kebebasan untuk memilih kurikulum yang sesuai kesiapannya.

Keuntungan dan Tantangan Kurikulum Merdeka

Penghapusan sistem penjurusan di SMA diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah.

Beberapa keuntungan yang dapat dirasakan antara lain:

  • Siswa dapat mengeksplorasi minat dan bakat mereka secara lebih luas dan mendalam tanpa dibatasi oleh jurusan yang telah ditentukan sebelumnya.
  • Siswa dapat mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan di era Industri 4.0, seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan kritis.
  • Siswa dapat menyiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan pilihan dan kemampuan mereka.
  • Guru dapat lebih fleksibel dan kreatif dalam menyusun dan menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.
  • Sekolah dapat lebih mandiri dan inovatif dalam mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan kondisi sekolah.

Namun, penerapan Kurikulum Merdeka juga menimbulkan tantangan dan risiko yang harus diantisipasi dan diatasi. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi antara lain:

  • Siswa mungkin mengalami kesulitan atau kebingungan dalam memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
  • Siswa mungkin kurang mendapatkan bimbingan yang memadai dari guru atau orang tua dalam menentukan pilihan dan masa depan mereka.
  • Guru mungkin kurang memiliki kompetensi atau sumber daya untuk mengajar mata pelajaran yang beragam dan berbeda dari jurusan yang mereka miliki.
  • Sekolah mungkin kurang memiliki fasilitas atau sarana prasarana yang mendukung pembelajaran yang beragam dan berbeda dari jurusan yang biasa ada.
  • Sekolah mungkin kurang memiliki koordinasi atau kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti dinas pendidikan, perguruan tinggi, atau dunia usaha dan industri.

Strategi untuk Membuat Kurikulum Merdeka Berjalan Efektif

Halaman: 1 2
Selanjutnya
Share: